Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018

Kisah Api Obor Asian Games 2018 diambil dari Mrapen Grombongan

Ada sebuah cerita dibalik terpilihnya Api Abadi Mrapen di Grobogan, Jawa Tengah, sebagai tempat pengambilan Api Obor Asian Games 2018. Cerita yangdiungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Puan Maharani, Rabu (18/7/2018). Menurut nya, meski ada sumber api abadi di daerah lain, obyek wisata Api Abadi Mrapen dispesialkan karena menyimpan nilai historis yang tinggi. Api Abadi Mrapen sudah biasa digunakan untuk api obor beberapa agenda nasional dan internasional sejak era Presiden Soekarno hingga saat ini. Untuk pertama kalinya, Api Abadi Mrapen diambil untuk upacara pembukaan Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forces (Ganefo) I pada 1 November 1963. Pada Pekan Olahraga Nasional (PON) juga mengambil Api Abadi Mrapen untuk pertama kalinya pada PON XVI 23 Agustus 1996. Untuk acara keagamaan, Api Abadi Mrapen juga digunakan untuk menyalakan obor upacara Hari Raya Waisak bagi umat Buddha.

Old Man The Republic Of Agus Salim

Haji Agus Salim was born with the name of Mashudul Haq meaning "truth defender", born in Koto Gadang, Agam, West Sumatra, Dutch East Indies, October 8, 1884. Born from Soetan Salim Soetan Mohamad Salim and Siti Zainab. His father's last position was the Chief Prosecutor's Office at the Riau High Court. Basic education is taken at Europeesche Lagere School (ELS), a special school of European children, then proceeded to Hoogere Burgerschool (HBS) in Batavia. When he graduated, he succeeded in becoming the best graduate at HBS in the Dutch East Indies. After graduating, Salim worked as a translator and notary assistant at a mining company in Indragiri. In 1906, Salim went to Jeddah, Saudi Arabia to work at the Dutch Consulate there. In this period Salim studied at Sheikh Ahmad Khatib, who was still his uncle. Salim then went into journalism since 1915 in Neratja Daily as Editor II. After that the Chief Editor was appointed. Married to Zaenatun Nahar and blessed

Kenapa Harus SMAN 68 Jakarta?

SMAN 68 Jakarta. Siapa yang tidak kenal dengan nama sekolah tersebut. Dengan kualitas yang baik, SMAN 68 juga banyak menghasilkan siswa/i yang diterima melalui jalur undangan universias-universitas terbaik di Indonesia. Tapi bukan itu alasan saya bersekolah di sekolah tersebut. Tak sekalipun terlintas di fikiran saya untuk menjadi siswi SMAN 68 Jakarta. Dengan alasan lokasi sekolah yang terlampau jauh dari rumah, saya juga masih bingung harus bersekolah dimana. Saya pernah tinggal di daerah Matraman, Jakarta Timur. Kira-kira waktu itu umur saya 3 tahun. Nenek dari mama saya yang tinggal di daerah Penggalang VII dan itulah penyebab kartu keluarga saya Jakarta Timur. Saat itu, saya sudah berusaha tes di beberapa sekolah swasta. Salah satunya Krida Nusantara Bandung, dan SMA Al - Izhar Pd. Labu. Krida Nusantara, saya gak diterima disana. Karna kan Krida Nusantara itu sekolah standar militer dengan fisik yang diharuskan untuk slalu kuat, sementara buat tes lari 500 meter 3 puteran aj